PEMBAHASAN
Secara umum psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan seseorang yang sangat penting dan harus ada dalam proses pendidikan. Psikologi pendidikan adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan, karna prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berfikir dan bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar. Begitupun dengan proses pembelajaran matematika, untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika materi yang diajarkan harus sesuai dengan tingkat bepikir anak dan keadaan psikologis siswa. Maka dari itu, guru matematika tidak hanya menguasai materi matematika tetapi juga harus memahami keadaan psikologis siswa. Jadi guru akan lebih mudah untuk memasukan materi matematika untuk siswa.
Psikologi pembelajaran akan membantu guru untuk mengetahui potensi yang dimiliki siswa dengan tidak melupakan hakikat siswa sebagai manusia yang memiki jati diri yang berhak diketahui eksistensinya dan berbeda antara satu dengan lainnya. Dengan kata lain psikologi pembelajaran yang menopang proses pembelajaran dikelas adalah unsur utama yang menjamin kualitas lingkungan belajar matematika karna psikologi akan menyadarkan perkembangan yang dilalui setiap individu itu tidak sama.
Teori Zoltan P.Dienes
Struktur matematika terdiri dari beberapa konsep yaitu konsep murni matematika, konsep notasi, dan konsep terapan. Siswa dapat memahami konsep matematika jika diajarkan dengan terurut. Ada enam tahapan dalam membelajarkan konsep matematika yaitu:
- Bermain bebas, yaitu anak belajae bebas, tidak diatur, tidak diarahkan, dan bermain-main dengan benda-benda konkret model matematika
- Permainan, yaitu anak mulai mengamati pola, sifat-sifat kesamaan/ketidaksanaan, keteraturan/ketidakteraturan suatu konsep yang disajikan oleh benda-benda yang konkret
- Penelahan sifat bersama, yaitu siswa belajar hingga tahap menghayati dan dapat menunjukan contoh dan bukan contoh
- Representasi, yaitu sisiwa membuat pernyataan tentang konsep berupa diagram, atau lisan
- Penyimbolan, yaitu siswa diberi kesempatan mencari simbol sendiri, namun untuk keseragaman akhirnya guru menentukan simbol yang berlaku dalam matematika
- pemformalan, yaitu siswa belajar mengorganisasikan konsep matematika secara formal sehingga sampai kepada aksioma, dalil, atau teori
Peran Psikologi Dalam Pembelajaran:
- Merumuskan tujuan pembelajaran yang tepat, dengan adanya psikologi pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam perumusan tujuan pembelajaran. Psikologi memberikan akses bagi lembaga pendidikan ataupun tenaga pengajar untuk memahami target-target yang relevan kepada proses belajar-mengajar. Hal ini tidak bisa lepas dari karakteristik tiap individu siswa, perumusan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip psikologi dapat membuatnya sesuai dengan semua karakteristik yang ada dan dapat diterima oleh semua siswa.
- Menyusun metode pembelajaran yang sesuai, setelah memahami tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, psikologi pendidikan juga memiliki peran untuk mengatur strategi yang tepat dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Metode ini sejalan dengan tujuan pembelajaran jika didasari prinsip psikologi pendidikan. Adanya psikologi memungkinkan tenaga pengajar mampu untuk mendalami kondisi serta kebutuhan pendidikan, sehingga penentuan metode atau gaya pembelajaran matematika dapat disesuaikan dengan keunikan tiap individu disertai tingkat perkembangan yang dialami tiap peserta didik.
- Memberikan pendampingan terhadap pendidikan, psikologi pendidikan juga dapat berperan sebagai bimbingan konseling dalam proses kegiatan belajar mengajar, karena pendidik tidak hanya memberikan pelajaran namun juga bimbingan. Pendidik dapat memberikan pendampingan berupa bantuan psikologis melalui hubungan interpersonal antara guru dan murid. Maka dengan ini proses eksplorasi dengan peserta didik dapat maksimal, sehingga pendidik dapat memberikan kebutuhan yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar.
- Menstimulus proses kegiatan belajar mengajar, untuk mengembangkan potensi siswa harus ada stimulus dalam kegiatan belajar mengajar. Stimulus yang dimaksud berupa fasilitas dan motivasi, dua elemen ini sangat penting ketika bakat dan kecerdasan masing-masing individu sedang dibentuk. Psikologi harus diterapkan sebagai landasan yang dipakai ketika seorang tenaga pendidik menjadi fasilitator sekaligus motivator bagi peserta didiknya.
- Membangun lingkungan pendidikan yang kondusif, proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara maksimal jika lingkungan pendidikannya kondusif. Dalam artian efektivitas pembelajaran sangat memadai, hal itu bisa dibuktikan dengan indikator kenyamanan peserta didik selama menempuh pendidikan. Maka untuk mewujudkan situasi yang kondusif terdapat beberapa hal penting sebagai wujud dari peran psikologi pendidikan efektivitas pembelajaran, hal-hal ini meliputi suasana pembelajaran, interaksi atau komunikasi, kebijakan lembaga pendidikan, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan bidang pendidikan.
Interaksi Dalam Belajar Mengajar Matematika
Dalam suatu kegiatan pendidikan ada rangkaian peristiwa yang sangat kompleks. Pada peristiwa ini banyak faktor yang saling mempengaruhi dan saling menunjang, salah satunya siswa diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang utuh baik dalam kompetensi ataupun nurani dengan melalui proses belajar mengajar. Interaksi ini dibagai menjadi dua bagian yaitu:
- Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran yang dilalui siswa
- Interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran
Terkait dengan interaksi yang hendaknya terjalin antara guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas adalah interaksi yang berkualitas, maka pembelajaran di kelas seyogyanya bertumpu pada pembelajaran yang hermeneutis (menurut Brown (Ernest, 1994), pembelajaran matematika yang hermeneutis akan menghargai perbedaan yang ada dalam pembelajaran). Pembelajaran yang hermeneutis dapat membuat siswa dan guru berada pada situasi discourse yang berkualitas, pengeksplorasian interpretasi, learning to live together dan pembelajaran yang bersinergi, learning to live together mendorong pentingnya kebersamaan, yakni individu akan mencapai kemajuan karena kerja sama yang dibangun. Siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan dengan melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman. Maka dari itu, setiap individu yang belajar akan berusaha untuk selalu memperbaiki diri secara terus menerus dalam empat bidang dasar kehidupan yaitu fisik, sosial/emosional, mental, dan spiritual dalam rangka meningkatkan kapasitas guru dan juga siswa untuk menuju efektivitas.
Komunikasi Dalam Kelas Matematika
Menurut Povey (Allen dan Johnston, 2004), dalam pembelajaran dimana pembelajar sebagai pengarang (author) atau pembelajar yang memiliki kewenangan, penguasaan (authority), hendaknya guru dan siswa saling berbagi cara untuk memahami suatu pengetahuan, dan menyadari bahwa mereka merupakan bagian dari komunitas pengetahuan (sebagai masyarakat belajar). Guru harus rajin meminta siswa untuk mengajukan beragam pertanyaan dan dibarengi menciptakan lingkungan dimana siswa “diijinkan” boleh menjawab benar atau boleh menjawab salah. Hal ini dilakukan untuk memicu kognitif siswa agar terbiasa bereaksi atau merespons dan setiap peserta didik dapat berperan dalam proses pembelajaran dan memberdayakan pengetahuannya.
Motivasi Dalam Pembelajaran Matematika
Motivasi merupakan salah satu unsur yang penting dalam pembelajaran, siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan serius untuk belajar, dan sebaliknya jika siswa memiliki motivasi rendah maka dalam belajar ia akan merasa terpaksa dan tidak menganggap belajar sebagai kebutuhan. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah laku dan mengarahkan siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan. Setiap tindakan pembelajaran tergantung pada apa yang diperhatikan. Perhatian terhadap apa yang sedang siswa lakukan, bagaimana mereka merespon, mengevaluasi apa yang dikatakan atau dilakukan berdasarkan harapan dan kriteria, dan mempertimbangkan apa yang mungkin dikatakan atau dilakukan selanjutnya dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi guru kepada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
M.Pd, Z. A., & Dr. Risnawati, M. (2015). PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Rosita, C. D. (2013). PERANAN PSIKOLOGI PEMBELAJARAN TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN BELAJAR MATEMATIKA. INFINITY, 136-141.
Siregar, N. (2017). PSIKOLOGI DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA. REKOGNISI, 71-74.

Komentar
Posting Komentar